Wednesday, November 19, 2014

Bijak Menyikapi Sosial Media

Kemajuan teknologi dewasa ini telah banyak membuat perubahan fundamental kehidupan masyarakat. Alat-alat berteknologi tinggi (gadget) yang dulu dijadikan lambang kemapanan sosial kini telah menjadi sebuah kebutuhan berjejer dengan sandang, pangan dan papan. Saking pentingnya, banyak orang rela berganti-ganti gadget hanya untuk sekedar menikmati fitur terbaru dari sebuah produk, tentunya sangat menguntungkan para produsen barang-barang tersebut. Indonesia yang dikenal sebagai negara berkembang kini menjadi tujuan ekspor barang-barang ini, selain tumbuhnya masyarakat kelas menengah ternyata rakyat Indonesia memiliki sikap konsumtif yang luar biasa tinggi.
Tentunya hal ini membawa banyak dampak positif, masyarakat kita menjadi mudah mendapat informasi yang bisa dimanfaatkan untuk banyak bidang seperti pendidikan, bisnis, olahraga, hiburan dll. Selain itu, ternyata kemajuan teknologi juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertukar
informasi dari hal-hal yang sepele sampai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.  Media sosial yang marak saat ini dijadikan tempat untuk menggalang opini masyarakat mengenai suatu masalah tertentu sehingga menyuburkan salah satu pilar demokrasi yaitu kebebasan berekspresi dalam masyarakat. Bahkan media sosial dijadikan salah satu medan tempur para Caleg dan Capres dalam Pemilu 2014, tujuannya satu yaitu mendapat dukungan dari pengguna sosial media yang jumlahnya cukup banyak.
Tetapi kita perlu ingat, segala sesuatu tercipta memiliki pasangan atau lawan, kemajuan teknologi selain memiliki dampak positif tentunya juga memiliki dampak negatif. Kemajuan teknologi yang begitu cepat dalam masyarakat membuat masyarakat kita menjadi latah. Masyarakat kita terlalu asyik dengan "mainan baru" sehingga kadang melupakan norma-norma dalam pergaulan. Tak jarang kita jumpai berita-berita yang bertujuan untuk mendapat respon di dunia maya dengan melakukan "provokasi", bahkan kadang berita-berita palsu atau hoax dijadikan "trending topic". Selain itu banyak berita-berita yang masih simpang siur atau sengaja dipelintir oleh "oknum" untuk membentuk opini masyarakat juga sering terjadi. Pengguna sosial media yang mayoritas penggunanya berpendidikan tinggi kadang terkecoh bahkan ikut larut dalam "berita" tersebut. Seharusnya pengguna sosial media melakukan kroscek terlebih dahulu tentang suatu berita agar tidak "termakan" berita yang tidak benar.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahu keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu iti" (QS: Al-Hujurat ayat 6)
Ayat diatas mungkin bisa dijadikan rujukan, dalam berinteraksi di sosial media kita tidak bertemu tatap muka sehingga kita tidak bisa mengenali secara jelas. Jika kita tidak bisa mengenali dengan jelas maka sudah seharusnya kita tidak serta merta mempercayai apa yang dibawa olehnya. Perlu meneliti secara seksama dan tidak tergesa-gesa sebuah berita menunjukan kita tidak meremehkan sesuatu serta tidak mudah menghakimi suatu perkara. Apabila berita tersebut sensitif maka perlu hati-hati dalam menyikapinya agar tidak menimbulkan masalah tapi apabila berita tersebut bersifat gosip, omong kosong atau berita yang tidak bermanfaat maka tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan membuang waktu dan energi.

No comments:

Post a Comment